Jakarta - Manchester United dan Liverpool berbanding terbalik soal posisi di klasemen. Rupanya, hal ini juga berlaku dalam sikap direktur mereka dalam urusan gaji.
'Setan Merah' akan menjamu skuat asuhan Juergen Klopp dalam lanjutan Liga Inggris
di Old Trafford, Minggu (20/10/2019). Kedua tim diketahui sedang berada
dalam kondisi yang berbeda 180 derajat. Liverpool sedang nyaman duduk
di puncak klasemen dengan total 24 poin dan belum terkalahkan. Sementara
MU ada di posisi ke-12 dan baru mengumpulkan 9 poin.
Kondisi yang
kontras ini rupanya tak hanya terjadi di lapangan hijau. Di balik
layar, cara kedua klub dijalankan pun juga berbeda.
Sejak
Liverpool dimiliki John Henry melalui Fenway Sports Group (FSG) pada
2010, The Reds mulai melangkah maju. Keuangan mereka perlahan terkelola
dengan baik. Mereka tak lagi membeli pemain mahal yang gagal memberikan
dampak signifikan, seperti halnya Andy Caroll dahulu.
Puncaknya, pada Februari 2019 lalu, BBC menyebut bahwa Liverpool
mendapat laba bersih tahunan sebesar 106 juta pound sterling (Rp 1,9
triliun) untuk musim 2017/18, yang merupakan rekor tersendiri. Ini tak
lepas dari prestasi mereka di lapangan, di mana mereka mendapat hadiah
uang yang besar di Liga Champions karena menembus final.
Singkat kata, tujuan membangun kesuksesan di lapangan memberikan dampak yang positif pula bagi The Reds di sektor finansial.Selain
itu, selama hampir sedekade mengelola Liverpool, FSG hanya pernah
mengambil 10 juta Pounds dari klub,yang mana merupakan pengembalian dari
peminjaman 110 juta Pound yang digunakan untuk pembangunan tribun
Anfield. John dan rekan investornya, Tom Werner dan Mike Gordon, bahkan
tidak pernah mengambil gaji mereka.
Kondisi ini tak terjadi di MU. Sejak diakuisisi Keluarga Glazer pada
2005 lalu, mereka memiliki utang yang besar, sebab MU dibeli dengan dana
pinjaman sebesar 790 juta Pound. Saat Sir Alex Ferguson
masih menjadi manajer, prestasi dan bisnis masih bisa berjalan
beriringan. Trofi selalu hadir nyaris tiap tahun, dan pendapatan tahunan
yang besar mereka dapatkan.
Dikutip dari Guardian, pada tahun
2019 saja mereka mendapatkan dana dari sponsor sebesar 627 juta Pound.
Meski begitu, MU saat ini masih menyisakan utang sebesar 511 juta Pound
dan bunga sebesar 25 juta Pound..
Meski begitu, pendapatan tahunan yang besar itu membuat keluarga
Glazer santai-santai saja. Mereka selaku pemilik saham mayoritas bahkan
masih mendapatkan dividen sebesar 18 juta Pound setahun (sekitar Rp 328
miliar). Selain itu, selaku jajaran direksi klub, Kelaurga Glazer yang
terdiri dari enam bersaudara ini juga masih menerima gaji.
Selepas
Fergie pensiun, MU hanya menjadi ladang uang bagi Keluarga Glazer.
Mereka mempekerjakan Ed Woodward untuk menjalankan klub. Di bawah
arahannya, MU menjadi institusi yang tak mempunyai gambaran jelas dalam
membangun tim di lapangan. Akibatnya, prestasi besar pun urung singgah
ke Old Trafford, seperti sekarang ini.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment